Looking For Anything Specific?

ads header

NASIB BURUH KARENA TERLALU BANYAK LEMBUR

Bapor Lem, Jakarta 13/05/2016 ,Di pabrik, buruh operator merupakan mayoritas. Mereka mengoperasikan mesin-mesin produksi untuk menghasilkan ribuan barang setiap hari. Keberadaan mereka dibutuhkan dan menjadi inti dari jalannya proses produksi di pabrik.

Untuk meningkatkan penghasilan, buruh operator mengambil lembur yang banyak. Tanpa lembur, buruh hanya akan mendapatkan gaji pokok dan tunjangan yang berkisar Rp 3 hingga 4 jutaan. Menurut pasal 77-78 UU No. 13 tahun 2003, jam kerja diatur 40 jam per minggu dan dapat mengambil lembur 3 jam per hari atau 14 jam per minggu atas persetujuan buruh yang bersangkutan.

Lembur dapat terjadi secara paksa maupun secara sukarela.
Pertama, buruh melakukan kerja lembur karena paksaan manajemen dan pengusaha. Mereka tidak bersedia kerja lembur karena bayarannya rendah atau bahkan tidak dibayar. Masalah ini biasanya menimpa sektor-sektor industri yang rentan, seperti garmen. Buruh-buruh perempuan mengalami masalah dipaksa lembur dan kejar target.


Perhitungan lembur adalah sebagai berikut:
1,5 X 1/173 x Upah Sebulan.
Jam Ke-2 & 32 X 1/173 x Upah Sebulan.
Catatan:

Upah Sebulan adalah 100% Upah bila upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap.
75% Upah bila Upah yang berlaku di perusahaan terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap. Dengan ketentuan Upah sebulan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum.
Kedua, buruh yang mengambil kerja lembur secara sukarela karena bayarannya besar, misalnya buruh di sektor otomotif. Biasanya, upah pokoknya besar dan pembayaran lembur sesuai dengan ketentuan yang diatur oleh peraturan ketenagakerjaan. Temuan kami, ada buruh operator yang dapat mencapai upah di atas Rp 10 juta hingga Rp 17 juta karena mengambil lembur penuh selama satu bulan.


Namun, upah besar juga disertai dengan pengorbanan besar, bahkan seringkali tak sepadan. Sebab, mereka harus bekerja hingga 11 jam per hari dengan mengorbankan waktu bersama keluarga dan sosialisasi dengan sesama. Jika dipikirkan lebih dalam, mereka juga telah mengambil terlalu banyak jam kerja sehingga tidak memberikan kesempatan pada buruh lain untuk direkrut dan diterima di perusahaan.

Buruh-buruh doyan lembur ini pula yang sangat sulit diharapkan keaktifannya di serikat pekerja. Saat pengurus serikat pekerja mengajak mereka untuk aktif dalam kegiatan dan perjuangan peningkatan kesejahteraan, maka mereka seringkali dengan halus menolak dengan alasan kesibukan bekerja. Mereka berpikir upahnya sudah besar dengan lembur sehingga perjuangan untuk kesejahteraan menjadi tak relevan bagi hidupnya. Apalagi jika mereka diajak memperjuangan buruh yang statusnya masih kontrak, mereka pada umumnya menolak.

Penghasilan besar ini diikuti dengan peningkatan gaya hidup, misalnya dengan mengambil cicilan lebih banyak. Jika sebelumnya, cicilan dasar buruh adalah rumah dan kendaraan bermotor, maka mereka lebih berani mengambil cicilan mobil. Tentu saja, hal ini sebenarnya baik, tapi peningkatan gaya hidup ini terjadi di atas jam kerja yang semakin meningkat dan nasib buruh kontrak yang tak diperhatikan.

Pada akhirnya, nilai upah itu sendiri menjadi turun secara riil karena kenaikan harga-harga barang dan kesehatan buruh memburuk akibat kebanyakan kerja. Sementara, daya tawar buruh terus menurun akibat dari semakin banyaknya buruh kontrak dan ketidakpedulian buruh untuk berorganisasi serta berjuang akibat waktunya habis dipakai lembur. Jika buruh terkena penyakit berat yang berbiaya mahal, maka biaya pengobatannya akan melebihi limit asuransi atau BPJS yang membuat buruh jatuh bangkrut.

Saat ini, pengusaha terus meningkatkan jumlah buruh kontrak dan menawarkan pensiun dini kepada buruh tetap. Bahkan, skenario tutup sementara (pura-puralockout) atau pindah lokasi dapat dilakukan untuk menyingkirkan buruh tetap dan menggantinya dengan buruh kontrak yang baru. Buruh lama akan berganti dengan yang baru, dengan yang tidak berserikat dan belum berpengalaman berjuang

0 comments:

Posting Komentar