Catatan untuk Buruh KBN Cakung Menghadapi Lebaran dan Pabrik Tutup
Bapor lem 14/06/2016 - Kawasan Berikat Nusantara (KBN) Cakung pada 28 Juni 2016 ini genap berumur 30 tahun. Kawasan industri ini dimiliki saham terbesarnya oleh Pemerintah Indonesia dan pemegang saham minoritasnya adalah Pemerintahan Daerah DKI Jakarta. KBN menyediakan layanan bagi pengusaha nasional dan pengusaha asing, meliputi Kawasan Tanjung Priuk, Kawasan Marunda dan Kawasan Cakung. KBN di Kawasan Cakung atau biasa disebut KBN Cakung, terdapat paling banyak perusahaan, dibanding KBN Marunda dan KBN Tanjung Priuk. Perusahaan di KBN Cakung paling banyak adalah perusahaan garmen asal Korea Selatan. Dengan buruh/pekerja sekitar 70 ribu, dengan status kerja saat ini mayoritas adalah kontrak (PKWT).
Buruh KBN Cakung dan Hari Lebaran
Hari Lebaran adalah saat libur terpanjang bagi buruh KBN Cakung, karena secara keagamaan merupakan hari kemenangan. Namun jika dilihat lebih dalam, sering Lebaran juga seperti hari-hari ‘kekalahan’ bagi buruh KBN Cakung. Utamanya karena hasil kerja setahun sering habis ludes, bahkan sebelum hari libur selesai. Bahkan sekarang semakin banyak, buruh yang kesulitan untuk beaya perjalanan mudik. Semakin banyak yang terpaksa mudik dengan motor biar irit, atau malah terpaksa menjadi ‘penjaga ibu kota’ karena sama sekali tidak bisa mudik.
Beberapa masalah yang sudah jadi tradisi di sekitar Lebaran, bagi buruh KBN Cakung, adalah:
Putus kontrak ketika masuk puasa, tanpa ada THR, tanpa ada gaji, tanpa ada pekerjaan. Kalau tanpa ada utangan, akhirnya tidak bisa pulang kampungKerja jalan terus tapi THR tidak diterima. Ada yang alasan perusahaan tidak sanggup, THR dicicil, THR ditunda.Kerja terus hingga malam takbir, sampai kesulitan pulang kampungLembur terus agar perusahaan punya stock produk, tapi lemburnya diwajibkan, sebagian dibayar dengan hitungan mati (misalnya upah lembur jam pertama dan jam ketiga dinilai sama), sebagian lagi malah tidak dibayar (atau istilah keren di KBN Cakung adalah SKOR, biar kesannya karena buruh salah dan diberi skorsing berupa tambahan jam kerja)Saat menjalankan puasa, buruh tidak mendapat pengurangan target, malah sering ditambah.Setelah lebaran, buruh lamar kerja lagi, dianggap buruh baru lagi, bagi buruh yang tidak disukai atasan susah masuk kerja lagi. Antri cari kerjaan lagi, berebut dengan lebih banyak pencari kerja, salah satunya akibat dihancurkannya usaha penghidupan di desa.Buruh berstatus tetap dan kerja sudah tahunan, upah dan THR tetap hanya senilai upah lajang
Buruh KBN Cakung dan Perusahaan Tutup
Dua tahun belakangan, makin sering buruh yang masih bekerja, melihat sesama buruh di KBN Cakung yang kehilangan kerja tanpa hak akibat perusahaan dikatakan bangkrut atau tutup atau pindah ke daerah luar Jakarta. Gampang sekali pengusaha pergi, dengan buruh yang tidak mendapat hak. Ada pabrik ngakunya gak sanggup bayar pesangon, atau pesangon di bawah ketentuan, padahal pengusahanya sedang buat pabrik baru di luar Jakarta. Ada juga pabrik sama tapi ganti pengusaha. Atau pengusaha sama tapi ganti pabrik. Bagi buruh, semuanya simpang siur dan akhirnya ujung-ujungnya hak buruh hilang pelan-pelan.
Catatan umum tentang perusahaan tutup di KBN Cakung
Tanda-tanda dan siasat pengusaha sebelum kabur, berupa:Upah di bawah UMPUpah dicicilPenggabungan line atau buka-tutup lineBuruh status tetap diputihkan jadi kontrak, status kontrak diputihkan lagi jadi borongan atau harian lepas, (hingga akhirnya putih bersih tanpa status apa-apa alias ditinggal kabur)Line diliburkan beberapa mingguSerikat pembela buruh diberangus, juga intimidasi agar buruh tidak berserikatDll
Ketika pabrik tutup, umumnya terjadi:Buruh tidak diberitahu alasan jelas, sebelum dan setelah pabrik tutup.Upaya buruh mendapat hak, umumnya dengan menduduki dan menjaga asset pabrikAsset perusahaan yang ditinggal pengusaha, nilainya kecil, karena hanya tertinggal barang non-tanah (tanah perusahaan hanya sewa dari KBN). Asset lainnya tidak diketahui dan sudah dibawa pengusaha.Mengurus asset perusahaan yang tertinggal, sangat menyulitkan bagi buruh. Harus aktif urus ke KBN, ke Bea Cukai, ke Pelelangan, nunggu pembeli dan seterusnya, bahkan harus sengketa di pengadilan. Semua makan waktu lama, dalam hitungan bulan atau tahun.Preman-preman dan pihak keamanan setiap saat bisa mengurangi assetKetika selesai lelang, buruh hanya mendapat sedikit hasil, karena hasil lelang terlebih dulu untuk bayar utang perusahaan, bayar pajak dan sebagainya.Tidak ada dukungan dan perlindungan hak buruh dari KBN atau pemerintah (dinas tenaga kerja)Sesama buruh korban bisa bertengkar, jadi bermusuhan, kadang juga antara pengurus serikat dan anggota.Dan sebagainya
Siasat Buruh KBN Cakung
Buruh di KBN Cakung, dalam serikat ataupun tidak, sama-sama terancam. Ketika buruh sektor lain (di Pulo Gadung, Bekasi dll) terus berupaya meningkatkan pemenuhan hak, bahkan hingga lebih baik daripada ketentuan perundangan, kita di KBN Cakung malah makin sedikit hak normatif yang bisa didapat. Modus pengusaha untuk melanggar hak buruh terus berlangsung, bahkan makin lama makin vulgar atau siasat curangnya makin berani. Terus apa siasat buruh?
Buruh KBN lainnya pernah mengambil siasat diam, membiarkan perusahaan semena-mena tanpa perlawanan, atau kalaupun melawan hanya sesekali dan berhenti karena ditakut-takuti. Dalam pikiran sering muncul, ‘daripada melawan, mending diam agar tetap kerja’. Terbukti dari beberapa struktur FBLP di pabrik yang berhenti berjuang, atau setelah serikat diberangus, pelan-pelan pengusaha memberangus hak-hak buruh, hingga akhirnya bisa jual pabrik seenaknya tanpa pesangon buruh.
Untuk itu, dalam menghadapi ketidakjelasan hak di KBN Cakung, yang penting dilakukan adalah:
Pelanggaran hak buruh di sekitar Hari Lebaran dan terkait ancaman pabrik tutup, sudah bukan lagi ancaman satu atau dua pabrik. Semua ini adalah masalah bersama di kawasan, urusan bersama buruh KBN Cakung. Maka kita perlu membuat Komite Perlawanan Kawasan, dari semua buruh yang sama-sama tidak ingin kehilangan hak. Komite ini sebelum muncul menyampaikan tuntutan, perlu dibuat di masing-masing pabrik, bahkan di titik-titik hunian buruh. Komite Perlawanan Kawasan ini menyatukan keresahan umum buruh KBN, sekaligus menjadi alat untuk memenangkan tuntutan.Ekspor garmen nyatanya masih besar. Investor garmen masih banyak kepentingan di KBN Cakung, sebagai basis industri yang dekat dengan Tanjung Priuk sebagai pintu utama ekspor-impor Indonesia. Karena pemerintah jelas tidak mau mendisiplinkan pengusaha agar tidak melanggar hak buruh, maka hanya buruh yang bisa melindungi hak-haknya sendiri.
Maka penting membangun kekuatan buruh dengan organisasi dan persatuan.Ketika anggota sebuah serikat kehilangan pekerjaan, mestinya tidak otomatis kehilangan keanggotaan serikat. Sebab situasi sekarang, serikat harus tetap menjadi alat perjuangan bagi buruh yang putus kontrak dan akan kerja lagi, jadi alat buruh yang keluar pabrik dan masuk pabrik lain, serikat bagi buruh yang pabrik tutup, juga alat perjuangan bagi buruh yang terpaksa pindah kota untuk dapat kerja.
Memperkuat serikat buruh sebagai senjata perjuangan menghadapi pengusaha dan penguasa, adalah penting.Bagi buruh perempuan, apalagi buruh ibu, sangat tahu pentingnya pekerjaan.
Pekerjaan adalah sumber pendapatan dan kesempatan membangun kemandirian dan kemajuan diri perempuan. Buruh perempuan penting mempertahankan pekerjaannya, penting untuk tidak gampang menyerah dan tidak diam di rumah, agar Indonesia makin menghargai hak perempuan. Di rumah juga banyak pekerjaan perempuan, tapi tidak dianggap pekerjaan dan direndahkan, karena tidak diupah. Demi keluarga, demi anak dan demi diri sendiri, pekerjaan ber-upah harus dimiliki perempuan.
0 comments:
Posting Komentar