F SP LEM SPSI, Selasa 14/05/2019 Masih banyak industri yang belum memiliki sistem dan
prosedur keselamatan kerja yang baik. Sistem hubungan industrial harus
terus menyempurnakan sistem Keselamataan dan Kesehatan Kerja (K3). Data
dari BPJS Ketenagakerjaan menunjukkan sepanjang tahun 2018 terdapat 157.313
kasus kecelakaan kerja yang melakukan klaim. Termasuk dalam kategori kecelakaan
kerja adalah kecelakaan lalu lintas pada perjalanan pekerja menuju tempat
kerja, serta perjalanan pulang dari tempat kerja menuju tempat tinggal.
Kerawanan kondisi keselamatan kerja selain disebabkan
oleh buruknya budaya dan sistem keselamatan kerja yang diterapkan oleh
perusahaan, juga disebabkan oleh semakin tuanya mesin dan peralatan
pabrik. Kecelakaan kerja sektor infrastruktur, transportasi dan industri
sering terjadi akibat kurangnya pengetahuan praktis terkait dengan bidang
pekerjaan. Pekerja garis depan pembangunan infrastruktur dan transportasi
sebagian besar berpendidikan rendah. Mereka perlu pelatihan khusus agar bisa mengikuti
perkembangan teknologi.
Untuk melatih pekerja garis depan pembangunan yang jumlahnya jutaan orang diperlukan Training of Trainer untuk mencetak Technical Engineer atau mandor proyek. Agar mereka dapat secara mandiri mengadakan pelatihan bagi para tukang bangunan di wilayahnya masing-masing.
Pelatihan Pekerja Kontruksi |
Tak bisa dimungkiri, kini terjadi kekurangan tenaga ahli
dan tenaga terampil dalam sektor konstruksi. Terutama tenaga kerja untuk jenis
pekerjaan pengecoran beton.
Jenis pekerjaan pengecoran beton adalah pekerjaan
penuangan beton basah ke dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah
dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus
dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah
terpasang sesuai rencana.
Percepatan penambahan SDM konstruksi yang bersertifikasi
merupakan solusi kecelakaan konstruksi yang terjadi beruntun. Kekurangan SDM
konstruksi sebenarnya sudah disadari oleh pemerintah. Presiden Jokowi
prihatin, karena dari 7,7 juta tenaga kerja sektor konstruksi, baru 9 persen
yang tersertifikasi. Hal ini merupakan masalah serius karena kebutuhan
pembangunan infrastruktur ke depan membutuhkan banyak tenaga bersertifikat.
Untuk mengatasi masalah itu sebaiknya Kementerian PUPR
memiliki program percepatan sertifikasi dengan mengembangkan beberapa metode
dan bekerjasama dengan perguruan tinggi.
Sedangkan untuk SDM konstruksi tingkat ahli atau strata
sarjana teknis bisa menggunakan metode distance learning atau belajar jarak
jauh berbasis teknologi informasi. Sedangkan untuk tenaga terampil atau teknisi
dapat menggunakan metode pengamatan langsung di lapangan atau biasa
disebut on site project, pelatihan mandiri dan menggunakan fasilitas mobile
trainning unit (MTU).
Peran tenaga kerja konstruksi sendiri sangat penting
dalam mendukung program prioritas nasional untuk membangun infrastruktur yang
tepat waktu dan berkuaIitas guna mendorong daya saing dan pemerataan hasil
hasil pembangunan.
Sektor konstruksi di Indonesia diperkirakan bernilai Rp 446 triliun atau menyumbang sekitar 14,3 persen dari PDB. Menurut estimasi dari setiap Rp 1 Triliun biaya pembangunan infrastruktur dibutuhkan sekitar 125 ribu tenaga kerja. Sementara jumlah tenaga kerja yang tersertifikasi hingga 2017 baru 9 persen, dari total sebanyak 7.7 juta tenaga kerja.
Sertifikasi pekerja Kontruksi |
Perlu menata jobs establisment and grade system (JEGS)
sektor ketenagakerjaan konstruksi teknik sipil. Salah satunya adalah jenis
pekerjaan pengecoran beton yang merupakan bagian vital pembangunan
infrastruktur.
Jenis pekerjaan itu membutuhkan ketelitian tinggi dan
keahlian dalam memakai peralatan teknik sipil. Pekerjaan tersebut sangat
berisiko terhadap kecelakaan kerja karena harus bekerja di ketinggian.
Mereka harus bisa memastikan ketepatan ukuran dan elevasi
konstruksi yang sedang dikerjakan. Zone pengecoran harus direncanakan dan
ukurannya mesti ditentukan secara tepat. Bekisting atau cetakan cor harus kuat
dan instalasi mechanical-electrical di bawah plat atau balok harus dipastikan
terpasang dengan benar sebelum dicor.
Saat pengecoran merupakan tahapan yang paling krusial.
Oleh sebab itu jangan sampai terjadi perubahan atau penyimpangan pada bekisting
dan tulangan. Hambatan alam yang sering mengganggu adalah tertundanya
pengecoran akibat cuaca dan angin sehingga pengerasan beton terganggu.
Kasus kecelakaan pekerja konstruksi bisa dihindari jika
fungsi mandor atau pengawas di lapangan bisa dilakukan dengan baik. Tugas
mandor pembesian atau penulangan beton (Steel Rods Foreman) hingga
kegiatan pengecoran sangat vital.
Kini dibutuhkan mandor yang memiliki kompetensi dan
sertifikasi. Dengan demikian uraian tugas mandor bisa dilakukan dengan baik.
Uraian tugas jabatan mandor adalah menyiapkan, mengkoordinir dan memeriksa
pembesian/penulangan pada pekerjaan konstruksi beton bertulang.
Mandor dituntut memahami dan bisa menerapkan ketentuan
Undang-Undang Jasa Konstruksi (UUJK). Serta menguasai ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) sesuai posisi dan peranannya.Mandor harus memiliki
keahlian dan menguasai rancana pembuatan pembesian/penulangan beton sesuai
spesifikasi, pembesian/penulangan beton, gambar kerja, instruksi kerja (IK).
Mandor juga bertugas menyiapkan tenaga kerja dan
peralatan yang diperlukan. Mengajukan dan menyiapkan bahan beserta
penempatannya sesuai jumlah dan ukuran serta menjelaskan spesifikasi/instruksi
kerja/procedure kerja kepada tukang dan pekerja.
Dia harus mampu mengkoordinir dan mengawasi pembuatan dan
pemasangan pembesian/penulangan beton antara lain membuat daftar pemotongan
besi sesuai shop drawing atau gambar kerja.
Tekanan dan kelebihan beban kerja yang dialami para
pekerja proyek infrastruktur merupakan hal yang perlu dihindari. Proporsi
kecelakaan kerja di Indonesia sektor konstruksi dan industri manufaktur menjadi
penyumbang terbesar sebesar 32 persen, terpaut jauh dengan sektor
transportasi sebesar 9 persen, kehutanan 4 persen dan pertambangan 2
persen.
Sektor konstruksi merupakan penyumbang terbesar dalam hal
angka kecelakaan kerja di Indonesia. Karena itu Organisasi Buruh Internasional
(ILO) sering menekankan bahwa otoritas pengawas ketenagakerjaan harus mencari
solusi yang lebih efektif untuk menekan jumlah kasus kecelakaan kerja.( obn )
0 comments:
Posting Komentar