![]() |
Persipan perjalanan breafing dan berdo'a |
Sumedang, 27 Januari 2025 – Perjalanan turing sepeda Nusantara Green resmi dimulai. Pada hari pertama, tim yang dipimpin oleh Gustav berangkat dari rumahnya menggunakan Daihatsu Taft Hi Line tua, kendaraan andalannya selama 30 tahun. Mobil ini, yang telah menemani perjalanan jauh sejak kelahiran putra pertamanya, kembali digunakan untuk mengangkut enam sepeda dan berbagai perlengkapan menuju tujuan pertama, Semarang.
Malam sebelum keberangkatan, Bang Toto menginap di rumah Gustav untuk membantu persiapan. Putra bungsunya, Gauri, juga datang dan menginap agar bisa mengantar kepergian ayahnya. Dengan suasana penuh kehangatan, perjalanan pun dimulai dengan sarapan khas di Pasar Munjul, menikmati lontong sayur favorit sebelum berangkat tepat pukul 09.00 WIB.
Perhentian di Sumedang: Silaturahmi dan Kuliner Khas
Perjalanan menuju Sumedang melalui Tol Cibitung untuk menjemput sepeda Mas Suroso dan Teh Sapti. Namun, alih-alih mampir ke Bandung, tim langsung bertemu di Restoran Bumi Saji, Cimalaka. Restoran khas Sunda ini menjadi titik temu yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh Teh Sapti. Menu makanan sudah dipesan lebih awal, memastikan kenyamanan di tengah kepadatan restoran.
Kehadiran Kang Agus, mantan Asisten Bupati Sumedang sekaligus pimpinan band HeartBeat, menambah semarak suasana makan siang. Band yang pernah tampil di Liverpool ini menjadi perbincangan hangat, selain ajakan untuk ikut serta dalam turing sepeda Nusantara Green. Makanan di restoran pun mendapatkan pujian, terutama tahu khas Sumedang yang menjadi primadona.
Melanjutkan Perjalanan ke Semarang
Setelah makan siang, perjalanan berlanjut dengan logistik tambahan berupa lontong, lemper, roti, dan kue-kue dari Teh Yenni. Enam sepeda yang telah tertata rapi di mobil semakin menambah semangat perjalanan. Dalam perjalanan menuju Semarang, Gustav menerima telepon dari seniornya, Pak Budi Setiadharma, yang memberikan doa dan dukungan, diselingi obrolan tentang saham.
Di Semarang, tim menginap di RedDoorz dekat Universitas Diponegoro di Jalan Setiabudi. Penginapan sederhana dengan harga ekonomis ini menjadi pilihan utama bagi turing jarak jauh, mengingat perjalanan panjang yang masih menanti. Dengan tarif 200 ribu per malam, fasilitas cukup memadai, meski tanpa handuk, yang telah diantisipasi dengan membawa perlengkapan sendiri.
Malam harinya, tim mencicipi sajian di restoran Dadar Beredar, yang chef-nya pernah berpartisipasi dalam MasterChef. Dadar dan sambalnya mendapat pujian, meski pedasnya cukup menggigit.
Hari Kedua: Kejutan di Perjalanan dan Perubahan Rencana
Saat melanjutkan perjalanan, kejutan menyenangkan datang di salah satu rest area. Dua sahabat lama, Tommy dan Heri, yang merupakan teman kuliah di ITB dan Wanadri, tiba-tiba muncul setelah melihat mobil 1339 terparkir. Mereka sedang dalam perjalanan menuju Banyuwangi untuk reuni 50 tahun angkatan 75 ITB. Rangkulan hangat dan nostalgia mengiringi pertemuan mendadak ini.
Awalnya, tim berencana menginap di Banyuwangi lalu menyeberang ke Lombok. Namun, setelah mempertimbangkan biaya dan efisiensi, Bang Toto menyarankan jalur melalui Bali. Dengan pergerakan yang lebih santai, akhirnya diputuskan untuk menginap di Probolinggo, meskipun Laurike yang masih di Jakarta harus bersusah payah mencari hotel karena libur panjang. Akhirnya, pilihan jatuh pada Hotel Karisma di Situbondo, dengan tarif 300 ribu per malam untuk twin bed.
Hotel ini cukup luas, dengan lobi nyaman dan kamar yang setara dengan standar Amaris. Cukup untuk para petualang seperti kami. Setelah perjalanan panjang, mandi dan tidur menjadi prioritas utama sebelum melanjutkan perjalanan esok hari.
Refleksi di Perjalanan: Mengingat Jejak Pahlawan
Sepanjang perjalanan, diskusi pun berlanjut, salah satunya mengenai fenomena penipuan oleh sosok yang mengklaim sebagai habib. Keprihatinan muncul melihat sebagian masyarakat mudah tertipu dan rela mencium kaki mereka. Padahal, leluhur bangsa ini adalah para pejuang dengan kehormatan dan harga diri yang tinggi.
Pentingnya mengenang jejak para pahlawan pun kembali dibahas. Tahun lalu, tim mengadakan gowes Hari Pahlawan dari Ambarawa ke Surabaya, menggelar upacara kecil pada 10 November. Perjalanan itu juga membawa mereka ke Magelang, bertemu dengan pimpinan SMA Taruna Nusantara, Mayjen Asrobudi, yang menjamu dengan keramahan luar biasa.
Salah satu gagasan besar yang sedang dipertimbangkan adalah gowes dari Aceh ke Sumedang, melewati Danau Toba, Padang, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, dan Bandung. Perjalanan ini untuk mengenang jasa para pahlawan perempuan seperti Tjut Nyak Dien, Rasuna Said, Fatmawati, dan Dewi Sartika. Semoga bisa terlaksana tahun ini atau tahun depan.
Menuju Banyuwangi dan Bali
Saat menulis catatan ini, tim sedang sarapan dan bersiap bergerak menuju Banyuwangi, menyeberang ke Gilimanuk, dan menginap di Singaraja. Semoga tersedia kamar di Hotel Pop, tempat tim Nusantara GO5000 pernah menginap dalam perjalanan dari Sabang ke GWK, Bali. Perjalanan itu ditutup dengan upacara kecil di Pantai Pandawa pada 17 Agustus. Kenangan yang tak terlupakan dan akan selalu menjadi bagian dari perjalanan Nusantara Green.
0 comments:
Posting Komentar